Pemuda, Masjid dan “Tujuh Golongan”
Masjid memiliki peran sentral dalam Islam. Sentral, sebab di samping fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat (sebagai bagian dari ibadah ritual), masjid juga berfungsi sebagai pusat aktivitas sosial-kemasyarakatan umat Islam (sebagai bagian dari ibadah sosial). Di sisi lain, di antara pemakmur masjid adalah pemuda, sosok yang dikenal kreatif dan aktif.
Peran Masjid
Masjid merupakan sarana pembinaan utama bagi umat. Lihat saja di masa Rasulullah SAW. Bahkan, ketika Rasulullah SAW baru sampai di Madinah saat hijrah dari Mekkah, bangunan pertama yang didirikan adalah masjid. Hal itu, jelas bukanlah sesuatu yang tanpa strategi.
Posisi masjid itu luar biasa, sebagaimana kabar di ayat ini: “Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah” (QS Al-Jin [72]: 18). Oleh karena itu, sebagai muslim semestinya kita memiliki perhatian dan kecintaan yang besar terhadap masjid. Kecintaan yang besar kepada masjid akan membuat kita memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap pemakmurannya.
Lalu, seperti yang kemudian kita ketahui, masjid-di samping fungsi utamanya sebagai pusat tempat ibadah-ia pun merupakan pusat aktivitas sosial dan budaya umat Islam. Dari dalam masjid, kegiatan ibadah, dakwah, pendidikan, kebudayaan, kesejahteraan dan aspek-aspek kehidupan umat Islam lainnya dirancang dan dilaksanakan.
Masjid adalah tempat melaksanakan segala aktivitas yang mencerminkan kepatuhan kita kepada Allah. Dengan demikian, masjid menjadi pangkal tempat umat Islam “berangkat” untuk melaksanakan semua aktivitas kehidupannya, sekaligus menjadi ujung tempat umat Islam kembali “berlabuh”.
Pada Muktamar Risalatul Masjid di Mekkah, 1975, disepakati bahwa masjid dikatakan berperan baik jika memiliki: 1) Ruang shalat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. 2) Ruang-ruang khusus wanita yang memungkinkan mereka keluar-masuk tanpa bercampur dengan pria, baik digunakan untuk shalat maupun untuk membina ketrampilan mereka. 3) Ruang pertemuan dan perpustakaan. 4) Ruang poliklinik dan ruang untuk merawat jenazah. 5) Ruang bermain, berolahraga, dan berlatih bagi remaja.
Dengan demikian, masjid bukan saja tempat sujud (dalam arti sempit), tetapi juga tempat menujukan keseluruhan hidup dan kehidupan kita kepada Allah. Keseluruhan hidup artinya tidak hanya terbatas pada peribadahan sehari-hari, tetapi juga pada persoalan di luar shalat.
Islam agama dakwah. Secara istiqomah, Islam harus disampaikan. Sehingga, sifatnya sebagai rahmat bagi semesta alam dapat dirasakan.
Masjid dan Pemuda
Sekarang, tentang relasi masjid dan pemuda, mari perhatikanlah tujuh golongan yang dilindungi Allah di Hari Kiamat kelak. Cermatilah Hadits berikut ini: “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah, (3) Seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) Dua orang yang saling mencintai di Jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allah’. (6) Seseorang yang bersedekah dengan satu sedekah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, dan (7) Seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya” (HR Bukhari - Muslim).
Perhatikanlah dengan seksama, “Tujuh golongan yang dilindungi Allah di Hari Kiamat”. Maknanya, mereka akan masuk surga. Menarik jika kita perhatikan ketujuh golongan yang dimaksud. Sebab, empat di antaranya bisa diraih pemuda.
Keempat hal yang dimaksud adalah: 1).Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah. 2).Seorang yang hatinya bergantung ke masjid. 3).Dua orang yang saling mencintai di Jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya. 4).Seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.
Atas paparan di atas, jika hati seorang pemuda sudah sangat terpaut dengan masjid, maka selalu saja ada alasan untuk pergi ke masjid. Jika sedang di sebuah kompleks perumahan, misalnya, di antara ragam alasan untuk ke masjid adalah: menegakkan shalat berjamaah, belajar mengaji, menghadiri pengajian, ikut rapat rutin Remaja Masjid, hadir di musyawarah menjelang pelaksanaan sebuah acara, memberi bimbingan belajar bagi adik-adik, kerja bakti bersih-bersih masjid, dan lain-lain yang serupa dengan itu.
Sementara, jika sedang di kampus, misalnya. Ada berbagai alasan pemuda atau mahasiswa untuk ke Masjid. Misalnya, menunaikan shalat berjamaah, belajar kelompok, membaca, sekadar beristirahat sambil tetap berdzikir, dan lain-lain yang serupa dengan itu.
Bagi yang hatinya–termasuk pemuda-sudah terpaut ke masjid, maka akan selalu masuk dalam agenda tetapnya: Bahwa di manapun dia berada, maka masjid adalah tempat yang paling mengasyikkan dan paling syahdu untuk dikunjungi. Dia selalu ingin berada di sebuah tempat yang Allah paling mencintainya.
Karya Terbaik
Alhasil, wahai pemuda! Lewat masjid, buatlah sebanyak mungkin karya-karya atau amal shalih yang berdimensi kemasyarakatan. Duhai pemuda, makmurkanlah masjid. Dengan cara itu, insya-Allah engkau akan menjadi Permata Hati bagi orangtua dan sekaligus kelak berpeluang sangat besar menjadi warga surga. [Oleh M. Anwar Djaelani]
Leave a comment